Sabtu, 29 Oktober 2011
MANUSIA MUFLIS.
Oleh : Didi Sayyidin
Setelah kita melakukan ibadah puasa dan menunaikan zakat fithrah serta amalan-amalan ibadah yang lain baik bersifat wajib maupun sunnah di bulan Ramadlan tahun ini yang kemudian diringi dengan beristighfar, bertakbir, bertahlil dan bertahmid kepada Allah dan pada pagi hari, tanggal 1 syawal melaksanakan shalat ‘iedul fithri yang selanjutnya secara manusiawi kita saling meminta dan menerima ma’af terhadap sesama, maka seluruh rangkaian kegiatan itu menghantarkan kita kepada fithrah ( kesucian ).
Saat kita kembali kepada fithrah, maka Nabi Muhammad SAW mengingatkan kepada kita melalui hadistnya ; “ Pada hari ketika umat Islam dikembalikan kepada fithrah, Iblis dan bala tentaranya menjerit, karena dosa-dosa umat islam yang beriman diampuni oleh Allah. maka dari itu, Iblis dan bala tentaranya senantiasa menyibukan diri untuk menggoda dan berusaha menyesatkan kembali manusia, agar fithrahnya terkotori” demikian sabda Nabi.
Amatlah disayangkan bila kita melakukan shalat, ibadah puasa, menunaikan zakat dan ibadah - ibadah lainnya, kalau saat ini nilai-nilai ibadah yang telah kita lakukan belum bisa mempertahankan fithrah yang telah Allah berikan, malah berpotensi merusaknya dan bahkan pahala-pahala ibadah kita bisa saja terhapus atau kebangkrutan akan nilai pahala yang telah kita peroleh, bila hal-hal yang dilarang di samping kita menjalankan perintah agama kita tetap melakukan salah dan dosa, baik hal tersebut hubungannya dengan Allah maupun terhadap sesamanya. Hal inilah yang disinggung oleh Rosululloh melalui hadistnya ;
أتدرون ما المفلس ؟ قالوا " المفلس فينا من لا درهما له ولا متاع " قال : المفلس من أمتي من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ،ويأتي وقد شتم هذا، وقذف هذا، وأكل مال هذا، وسفك دم هذا، وضرب هذا، فيعطي هذا من حسناته وهذا من حسناته، فإن فنيت حسناته قبل أن يفضي ما عليه أخذ من خطاياهم فطرحت عليه ثم طرح في النار.
“Apakah kalian tahu apakah Muflis itu ?” Para Sahabat menjawab : “ Orang Muflis diantara kita adalah orang yang tidak punya uang dan harta benda.” Kemudian Rosululloh meralat jawaban para sahabatnya dengan sabdanya : Muflis di antara Umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan pahala shalat, puasa dan zakatnya, di sisi lain ia datang dengan masih membawa dosa menghina si fulan, dan memfitnah si Fulan, dan memakan harta si Fulan, dan menumpahkan darah si Fulan, dan memukul si Fulan, maka diambilah pahala dari kebaikannya dan diberikan kepada si Fulan, dan untuk si Fulan yang lain menerima pahala kebaikannya pula, sampai bila habis kebaikannya sebelum selesai perhitungannya, maka diambilah kejelekan mereka dan dilemparkan kepadanya sehingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.”
Hadist ini memberitahukan kepada kita tentang orang yang mengalami kebangkrutan di hari akhir nanti pada umat Nabi. Dari hadist ini dapat ditarik pengertian bahwa Muflis adalah orang baik yang habis amal kebaikannya. Jika ditinjau lebih dalam hadist ini, menggambarkan bahwa ibadah ritual harus dibarengi dengan pengejawantahan melalui ibadah sosial yang tidak kalah pentingnya di hadapan Allah swt.
Gambaran ini menegaskan bahwa ibadah sosial mempunyai pengaruh tersendiri dalam Islam. Shalat misalnya, justru hikmahnya terdapat dalam implementasi nilai-nilai shalat dalam kehidupan nyata bersama lingkungan tempat ia berada. Begitupula zakat atau shodaqoh, ibadah yang bernilai sosial ini menegaskan hikmah yang terkandung didalamnya adalah ; pemberian zakat atau shodaqoh tidak boleh diiringi dengan penghinaan atau mengungkit kembali yang telah diberikannya kepada orang lain, karena hal ini bisa menyakiti perasaannya.
Dari uraian ini dapat kita petik hikmah, hendaklah kita berhati-hati dalam mempertahankan fithrah kita, baik dalam hubungan kepada Allah maupun kepada sesama. Bisa jadi orang yang shalat, tetapi shalatnya tidak menghindarkan dia dari perbuatan keji dan mungkar. Bisa jadi orang yang puasa ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. Bisa jadi orang sering membaca Al-qur’an sementara Al-qur’an melaknatnya. Bisa jadi orang yang bersedekah tetapi tujuannya hanya menipu dan memanipulasi untuk keuntungan pribadinya. Bisa jadi orang yang nampak sangat baik sekali, di dahinya terdapat tanda-tanda sujud seolah-olah ia merasa sudah diterima ibadahnya padahal ia adalah syetan yang berbahaya.
Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada kita dalam upaya menjaga kefithrahan diri yang Allah berikan kepada kita dan selalu berada dalam jalan yang diridloi-Nya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar