Kelahiran & Kehidupan Nabi
Nabi Muhammad S.A.W muncul disaat yang kritis dalam kehidupan umat manusia. Ia bagaikan sebuah lentera di langit malam, bagaikan bintang yang cemerlang pada malam yang gelap gulita. Sinarnya yang terang membuat malam menjadi terang benderang. Namun, beliau bukan bintang yang biasa. Tapi maha bintang yang sangat luar biasa, yang cahayanya mampu menembus lubuk hati manusia. Bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad.
Menurut sejarawan, “Muhammad” yang artinya “dia yang terpuji” tepat terlahir di kota Mekkah tanggal 12 Rabiul Awwal (17 Rabiul awwal menurut mazhab Syiah) 570 M atau sering disebut tanggal 20 April 570 M dan meninggal 8 Juni 632 M di Madinah. Namun, Cahaya Muhammad (Nur Muhammad) sebagai penerang umat manusia tak pernah padam walaupun 14 abad telah berlalu. Riwayat hidupnya telah diceritakan dengan jutaan kata-kata oleh para pemeluknya, maupun oleh para ahli sejarah non-muslim (Orientalis). Baik kata-kata tertulis menjadi sebuah buku maupun tidak tertulis.
Dalam sejarah modern, seorang penulis Barat yaitu Michael H. Hart, dalam bukunya “The 100” yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi “100 tokoh yang mempengaruhi dunia”, menetapkan Nabi Muhammad S.A.W sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Michael H. Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin suku-suku bangsa Arab yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran. Sedangkan, kedudukan nomor 2 di buku Michael H. Hart ditempati oleh tokoh ilmuwan legendaris, terkenal penemu rumus gravitasi, yaitu Sir Isaac Newton dari Inggris.
Nabi Muhammad SAW memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan jawara Tauhid yaitu Nabi Ibrahim a.s melalui anaknya Ismail a.s, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan. Peristiwa kelahiran Sang Nabi yang menjadi Rahmat bagi Semua Alam dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa. Menurut beberapa riwayat, kelahiran Nabi Muhammad dimulai dengan peristiwa padamnya api abadi di kerajaan Persia. Lantas, hancur juga sesembahan batu berhala di sana. Di kota Mekkah, kota dimana Sang Nabi dilahirkan, pasukan bergajah Abrahah yang berniat menghancurkan Kabah mengalami kehancuran. Niatnya untuk memasuki dan menguasai kota Mekkah mengalami kegagalan karena sebab-sebab yang seringkali dikaitkan dengan adanya burung-burung pembawa batu api. Burung-burung itu disebut burung Thoiron Ababil yang tiba-tiba muncul. Kemunculan burung misterius itu seolah-olah balatentara Allah S.W.T yang menghancurkan musuh-musuh-Nya. Tidak banyak orang yang tahu apa sebenarnya burung Thoiron Ababil itu. Beberapa peneliti sejarah Arab modern menyebutkannya sebagai munculnya penyakit menular yang sangat mematikan semisal cacar atau influenza seperti flu burung atau H5N1. Namun ada pula yang menganggapnya memang berupa burung yang membawa batu api yang menghancurkan kawanan pasukan bergajah itu. Yang jelas, Al Qur’an kemudian mengabadikan peristiwa tersebut dalam surat Al Fiil (QS 105). Karena itu, tahun saat Nabi Muhammad S.A.W dilahirkan kemudian sering disebut tahun Gajah. Kota Mekkah, tempat dimana Ka’bah berada, kelak di kemudian hari menjadi kiblat bagi Umat Muhammad sampai akhir zaman.
Ayah Nabi bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kakeknya bernama Abdul Mutholib. Kedua orang tuanya berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s. Abdullah lahir kedunia hanya untuk membawa Nur Muhammad, Cahaya Terpuji dan meletakkannya ke dalam rahim istrinya yaitu Aminah. Saat masa kelahiran Nabi, ayahanda Nabi adalah seorang pedagang. Aminah saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia paling berpengaruh di dunia. Setelah lama kepergian sang suami karena berdagang, Aminah sering merasakan kesepian yang amat dalam. Meskipun begitu, Abdullah suaminya selalu berkirim surat. Namun pada saat, tidak seperti biasanya tidak ada kabar dan surat dari suaminya. Begitu riang hatinya ketika akhirnya ia mendengar kabar rombongan dagang suaminya pulang. Tapi mendadak ia amat terkejut, ketika rombongan kafilah dagang suaminya datang ia tidak melihat sosok Abdullah diantara mereka. Kemudian, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita duka kepada Aminah bahwa suaminya telah meninggal. Mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata kata ini kepada wanita ini. Ia tidak sanggup mengutarakannya. Namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah Swt dan dimakamkan di Abwa.
Aminah begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini. Ia tak sanggup menahan tangisnya. Karena berduka, Aminah pun menangis meluapkan kesedihannya dan tidak bernafsu makan selama beberapa hari. Seolah-olah telah hilang sebagian semangatnya, belahan hatinya. Namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik baik. Ia berulang kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa a.s). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata :
“Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik baik hingga kelahirannya.”
Abdullah, ayahanda Nabi Muhammad S.A.W. wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain ada yang mengatakannya 17 tahun). Nabi saat itu masih berada dalam kandungan ibundanya. Beberapa tahun kemudian, setelah usia Nabi yang waktu kecil diberi nama Ahmad menginjak 6 tahun, Aminah ibunda Nabi Muhammad wafat juga menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman dan diasuh oleh kakeknya Abdul Mutholib. Tapi, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang kakek, Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya – Abu Tholib.
Pemandu umat manusia selalu saja dipilihkan oleh Allah SWT untuk memiliki pengalaman hidup sebagai seorang gembala. Nabi-nabi Bani Israel umumnya juga berasal dari kalangan gembala. Melalui profesi sebagai gembala inilah Nabi Muhammad SAW mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk kelak menjadi gembala yang lebih besar yaitu menjadi pembimbing Umat Manusia sedunia. Jadi, sejak kecil Nabi Muhammad sebenarnya sudah dididik oleh Allah SWT untuk menjadi pemimpin manusia yang memberikan rahmat. Ini merupakan keputusan Allah SWT baginya yang telah memilihkan baginya sebuah jalan dimana hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan nafsunya sendiri, maupun orang-orang yang berpikiran sempit dan picik sampai-sampai mereka menyembah aneka batu dan pohon, bahkan tidak jarang mempertuhankan manusia. Allah SWT mendidiknya dengan penuh rahmat sejak kecil sehingga menjadikannya kuat menghadapi segala cobaan hidup dan tidak mudah menyerah kepada apapun kecuali hanya berserah kepada keputusan Allah SWT saja setelah daya upayanya dengan akal pikiran dan perbuatan dilakukan dengan cara yang benar. Berserah diri setelah berjuang keras lahir dan batin kelak akan menjadikan Nabi Muhammad SAW semakin harum namanya sebagai penegak Islam (berasal dari kata Aslim dam QS 2:131, atau berserah diri, atau seringkali juga diartikan sebagai jalan damai), pemurni ajaran Tauhid Nabi Ibrahim a.s, Islam sebagai suatu adab di hadapan Allah SWT, sebagai suatu gaya hidup (life style), maupun Islam sebagai suatu agama yang mengikat manusia pada aturan-aturan suci yang dapat memuliakan akhlaknya yang tercela menjadi mulia.
Ada penulis sirah (sejarah) yang mengutip kalimat Nabi berikut ini,
“Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan. Orang bertanya kepada Nabi Apakah Anda juga pernah menjadi gembala? Beliau menjawab, Ya. Selama beberapa waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.”
Ahmad yang kelak menjadi Nabi Muhammad S.A.W. lahir bukan dari kalangan orang yang kaya. Belum lagi ia dilahirkan sebagai seorang yatim, yaitu telah kehilangan Ayah sebelum dilahirkan. Ibundanya, Aminah, sejak kecil menjadi tempat bernaung. Sejak usia kanak-kanak, tanpa kedua orang tua yang mengasuhnya, Nabi Muhammad tidak hidup dalam kemewahan. Meskipun demikian, Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya dikenal di masyarakat sebagai orang jujur (al-Amin). Ketika tumbuh dewasa, Ia menjadi salah seorang kafilah dagang Khodijah yang terpercaya. Khodijah adalah seorang janda dan sekaligus seorang saudagar wanita kota Mekkah yang disegani karena kemuliaan akhlaknya. Kepada Nabi Muhammad S.A.W, Khodijah memberikan upah (gaji) dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain karena kesuksesan Muhamad sebagai pedagang yang jujur dan penuh amanah. Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, setiap berdagang di luar daerahnya umumnya mendapatkan laba (untung). Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih banyak ketimbang lain.
Selama menjadi pedagang, Muhammad mengadakan perjalanan-perjalanan yang jauh. Banyak tempat yang ia kunjungi dan ia perhatikan dengan seksama keadaan daerahnya maupun masyarakatnya. Suatu saat, ketika kafilah dagang kembali ke kota Makkah. Dalam perjalanan, rombongan dagang Nabi melewati negeri Ad dan Tsamud. Keheningan daerah hancur karena bencana kematian itu mengundang perhatian Nabi Muhammad SAW. Kelak di kemudian hari, Allah SWT sendiri yang mengabarkan kepada Nabi Muhammad SAW tentang peristiwa apa yang terjadi pada kaum Ad dan Tasmud itu.
Suatu saat, sewaktu mulai bekerja pada Khadijah, karena takjub dengan keahlian dagang Nabi Muhammad, Maisarah salah satu pembantu Khadijah berkata kepada Nabi supaya ketika memasuki kota Mekkah mendahului kafilah dagangnya dan terlebih dulu mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan keuntungan besar yang telah didapat.
Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah yang menjadi akuntan Khadijah kemudian menceritakan tentang Kebesaran jiwa Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah kemudian menceritakan suatu kisah yang menarik. Katanya, sewaktu di Busra, Al-Amin duduk di bawah pohon untuk istirahat. Ketika itu, seorang pendeta yang sedang duduk di biaranya kebetulan melihatnya. Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, Orang yang duduk di bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di dalam Taurat dan Injil. Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada pamannya yaitu Waraqah bin Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi berbangsa Arab.
Sumber : http://muhammad.atmonadi.com
Sumber : http://muhammad.atmonadi.com
0 komentar:
Posting Komentar